Mengenal Krisis Yunani

Krisis ekonomi di Yunani makin memburuk dan harus dilakukan referendum hari Minggu (5/7) kemarin untuk memutuskan apakah negara itu akan mengambil dana talangan lagi dari Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Yunani telah benar-benar bangkrut dan menjadi negara maju pertama yang dinyatakan tak bisa membayar utang atau default. Tanpa tindakan penyelamatan baru, kehancuran ekonomi sangat mungkin terjadi: bank-bank kehabisan uang, uang pensiun warga lanjut usia hangus, tingkat pengangguran -- yang sudah sangat tinggi hingga 25% -- akan memburuk.
Apa akar masalah di Yunani?
Utang. Yunani terlalu banyak memilikinya, padahal dia bukan negara besar. Populasinya cuma 11 juta dan skala ekonomi hanya setara negara bagian Oregon di Amerika Serikat. Pariwisata mencakup 16% dari output ekonomi Yunani.

Utangnya begitu besar sehingga para investor tak mau lagi membeli obligasi darinya. Dengan kata lain, tak ada yang mau memberinya utang lagi.
Semua negara yang sehat, bahkan juga yang tidak terlalu sehat ekonominya, meminjam uang dengan cara menjual obligasi/surat utang kepada investor besar dan kecil. Tujuannya adalah menggunakan uang untuk memperkuat negara misalnya dengan membangun transportasi yang lebih baik, infrastruktur atau memajukan pendidikan.
Amerika juga memiliki banyak utang, namun perekonomiannya sangat besar sehingga mampu membayar. Negara yang memiliki utang lebih banyak dari kemampuannya membayar akan terjerumus dalam masalah besar. Itulah yang terjadi pada Yunani.
Kapan masalah utang Yunani ini bermula?
Ada perdebatan tentang awal mula krisis di Yunani. Namun yang pasti, seperti banyak negara Eropa lainnya, Yunani tidak benar-benar berada dalam krisis sampai perekonomian global mengalami melt down atau kelesuan pada 2007 dan 2008 disusul krisis keuangan dunia.

Saat situasi mulai memburuk, pemerintah membelanjakan uang lebih banyak. Pengeluaran ini menambah uang di kantong rakyat dan memberi jaring pengaman atau safety net pada warga yang rentan, namun di sisi lain menambah utang pemerintah.
Sebagian besar negara bisa melewati masa ini dengan kepala tetap di atas air, namun sejumlah negara Eropa nyaris tenggelam. Yunani adalah yang terburuk dari semuanya.
Kapan dana talangan yang pertama dikucurkan untuk Yunani?
Tahun 2010. Para pemimpin Eropa bersama IMF menggelontorkan ratuan miliar Euro untuk Yunani dan sejumlah negara lain agar mereka bisa membayar utang.

Dana talangan atau bailout ini disertai kesepakatan barter: negara-negara yang dilanda krisis mendapatkan dana darurat, dan sebagai balasannya mereka memangkas belanja dan melakukan efisiensi ekonomi. Langkah pengetatan ekonomi (austerity) membuat hidup menjadi sulit.
Yunani dipaksa memotong gaji pegawai dalam jumlah besar, menaikkan pajak, membekukan dana pensiun negara dan melarang pensiun dini. Para ekonom mengatakan austerity akan membuat kondisi lebih buruk, yang lain berdalih Yunani memang tak punya pilihan.
Yunani memang kemudian bisa mengurangi utangnya, namun tidak membuat kemajuan dalam membayar pinjaman bailout atau mereformasi ekonomi seperti yang dilakukan negara-negara lain senasib. Dan pengetatan ekonomi membuat penderitaan rakyat bertambah.
Bulan Januari lalu, partai politik Syriza yang berjanji mengakhiri austerity menang pemilu. Pemimpin partai tersebut, Alexis Tsipras, menjadi perdana menteri. Ketika itu Tsipras tahu dana talangan bakal dikucurkan dan bahwa Yunani tak punya cukup uang untuk membayarnya. Dia perlu bernegosiasi dengan Eropa.
Namun Tsipras mengambil kebijakan garis keras, dan berkukuh bahwa para pemilik dana talangan harus megendorkan persyaratan. Ini menjadi adu kuat dengan pertaruhan besar. Para pemilik dana talangan menolak berkedip duluan, dan pekan lalu Yunani dinyatakan gagal bayar (default) utangnya atas IMF, sekaligus negara maju pertama yang mendapat predikat itu.
Apa opsi yang tersedia untuk Yunani sekarang?
Tak banyak. Utangnya masih tinggi dan perekonomian Yunani juga bertambah buruk tahun ini. Bank-bank di negara itu sudah hampir kehabisan uang.

Karena Yunani termasuk satu dari 19 negara Eropa yang menggunakan Euro, dia tidak bisa menentukan nilai mata uangnya. Jadi Yunani tidak bisa menggunakan senjata kuno yang acap digunakan berbagai negara ketika terlalu banyak berutang, yaitu devaluasi. Devaluasi adalah kebijakan membuat nilai mata uang lebih rendah. Saat mata uang terdevaluasi, biaya membayar utang ikut turun.
Pernyataan bangkrut juga bukan opsi bagi Yunani. Korporasi yang tenggelam dalam utang bisa meminta tolong hakim untuk mengurangi utang mereka dengan keputusan bangkrut di pengadilan. Namun tidak ada pengadilan bangkrut bagi sebuah negara.
Utang bisa terhapus jika ekonomi tumbuh kencang. Namun Yunani berutang jauh lebih banyak dari kemampuan ekonominya, sehingga butuh keajaiban untuk bisa mewujudkan hal tersebut dalam waktu dekat ini.
Lalu apa berikutnya?
Tidak terlalu bagus. Referendum hari Minggu meminta rakyat untuk menerima atau menolak dana talangan baru dengan persyaratan yang lebih ketat.

Tsipras, yang menginisiasi referendum itu, ingin agar rakyatnya memilih “oxi” yang artinya “tidak.” Menurutnya, pilihan “tidak” akan memperkuat posisi tawarnya di depan para pemilik dana talangan.
Kelompok oposisi tidak setuju dengan pendapatnya, dan berargumen pilihan “oxi” hanya akan memberi sinyal ke seluruh Eropa bahwa Yunani tidak mau lagi bergabung di Eurozone.
Dalam titik ini, keluar dari Eurozone dan kembali ke mata uang lama, Drachma, akan sangat mengganggu. Nilai uang yang dipegang rakyat dan bank akan jatuh. Harga-harga akan melonjak. Hidup akan menjadi lebih sulit. Selain itu, utang masih ada dan dana yang ada tak cukup untuk membayarnya. Ujungnya adalah bencana ekonomi.
Sumber: 
http://www.beritasatu.com/dunia/288676-mengenal-krisis-di-yunani.html

Posting Komentar

0 Komentar