Terlepas dari pro kontra DPT, secara umum pelaksanaan pemilu legislative tahun ini dapat dikatakan berjaalan lancer. Situasi politik dan keamanan tetap kondusif, sebagaiamana harapan sebagaian besar masyarakat yang mendambakan pemilu aman dan damai.
Situasi dan kondisi perpolitikan pasca pemilu legislative yang sampai sejauh ini cukup kondusif turut berimbas secara positif pula terhadap situasi perekonomian. Sinyalmen positif itu ditunjukan oleh para pelaku pasar keungan yang melakukan aksi ‘profit taking’ dengan memborong sejumlah saham dan mata uang rupiah dipasar uang.
Aksi itu menyebabakan indeks saham dan nilaai tukar rupiah menyentuh level tertinggi dalam kurun beberapa bulan ini.
Pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (13/4) misalnya, dimana indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat tajam hingga 74,653 poin atau 5,09 persen kelevel 1.540,40. Sedangkan rupiah sejauh ini berada pada kisaran level Rp 10.800 per dolarnya.
Berbicara politik tentu terasa hambar jika tidak mengkorelasikannya dengan ekonomi. Politik dan ekonomi adalah dua sisi mata uang yang satu sama lain tak dapat dipisahkan. kaitan antara keduanya sangat erat.
Gejolak kehidupan politik, secara langsung maupun tidak langsung,akan turut ber pengaruh terhadap kondisi ekonomi di suatu negara. Perubahan structural pada lembaga legislatif maupun di dalam lembaga eksekutif, sebagai akibat dari peristiwa politik (pemilu , pemilihan presiden, penyusunan kabinet baru ataupun reshuffle kabinet) dapat mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara. Hal ini tak lepas dari berbagai kebijakan-kebijakan yang nantinya diambil oleh lembaga legislatif maupun lembaga eksekutif terkait dengan kebijakan ekonomi kedepannya.
Berharap hasil pilpres
Sebagai masyarrakat , kita tentu hanya bisa berharap pemiliihan presiden juli nanti dapat berjalan kondusif yaitu aman damai serta lancar. Dan terlepas dari siapa yang bakal terpilih menjadi RI I dan RI 2, pemimpin negeri ini kedepan harapannya adalah orang yang mampu beertindak dan mengambil kebijakan yang cerdas dan solutif khususnya terkait permasalahan ekonomi. Sebab permasalahan ekonomi mendatang semakin pelik ditengah situasi ekonomi dunia yang lesu akibat krisis keuangan global dan pesimisitas para ekonom yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 4% sampai 5% (persen) saja.
Salah satunya yaitu terkait dengan penempatan ‘eksekutor’ yang duduk dalam susunan cabinet nantinya. Hanya dengan pemilihan cabinet yang tepat yaitu ‘the right man on the right job’ –lah perubahan bangsa dapat terwujud. Selain itu , Presiden mendatang juga tentunya adalah seorang yang mempunyai visi dan misi pembangunan ekonomi Indonesia yang jelas dan realistis sehingga mampu mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera.
0 Komentar