Menyoal Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di Kurikulum 2013



Menurut Ciputra, Wirausaha adalah kemampuan seseorang mengubah “kotoran, sampah, atau rongsokan menjadi emas”. Artinya mengubah sesuatu hal yang biasa-biasa saja atau hal yang dianggap tidak berguna menjadi sesuatu yang luar biasa atau memiliki nilai guna lebih. Misalnya, menyulap sampah plastik dari kemasan suatu produk menjadi aneka kerajinan seperti tas, pakian mauapun aneka kerjaninan yang lainnya. 

Wirausaha merupakan salah satu komponen sumberdaya yang penting dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa. Maju mundurnya perekonomian negara bahkan bisa ditentukan dari jumlah wirausaha yang ada dinegara tersebut. Menurut Ciputra, Sebuah negara yang maju jumlah wirausaha  minimal dua persen dari total populasi penduduknya. Di Amerika jumlah wirausahawannya mencapai lebih dari 12%, China dan Jepang   10% , Malaysia 5% serta  Singapura 7% . Sedangkan di Indonesia pada akhir januari 2012 tercatat baru dikisaran angka 1.56% (bisnis.com). Artinya, masih perlu adanya upaya peningkatan jumlah wirausaha di negara kita.

Salah satu upaya meningkatkan jumlah wirausaha adalah melalui jalan pendidikan. Dengan pendidikan akan mampu menumbuhkan motivasi, pengetahuan dan keterampilan berwirausaha.  Oleh karena itu, tidaklah salah jika pemerintah kemudian meresponnya dengan mengalokasikan mata pelajaran kewirausahaan kedalam kurikulum pada tingkat pendidikan menengah di kurikulum 2013 .

Di dalam struktur kurikulum 2013, mata pelajaran wirausaha tergabung menjadi satu pelajaran yang dinamai pelajaran “Prakarya dan Kewirausahaan”. Alokasi waktunya yakni masing-masing 2 SKS baik di kelas X,XI dan XII.  Dengan alokasi waktu yang cukup banyak tersebut, diharapkan Guru benar-benar mampu menebarkan virus gandrung wirausaha ke siswa. Rasa gandrung yang akan mampu mengubah mindset  siswa dari mental pekerja menjadi mental pengusaha.

Sayangnya, niatan baik pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausaha dengan memasukannya kedalam kurikulum nampaknya masih setengah hati. Munculnya mata pelajaran “Prakarya dan kewirausahaan” tak ubahnya hanya sebagai bagian dari tutup lobang akibat dari dihapuskannya mata pelajaran TIK di SMA. Sudah menjadi rahasia umum, jika kedepan banyakguru-guru TIK yang akan beralih fungsi  menjadi Guru Prakarya dan Kewirausahaan. Apalagi menilik pada pilihan jenis prakarya yang ditawarkan dalam kurikulum 2013 yakni pengolahan, rekayasa, kerajinan dan budaya.  Guru TIK bisa saja beralih fungsi menjadi Guru Prakarya dan Kewirausahaan dengan memilih spesialisasi di bidang rekayasa.

Selain itu, niatan setengah hati juga tampak dari kompetensi dasar yang ingin dicapai pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, khususnya pada pencapaian kognitif dan psikomotorik. Dari berbagai kompetensi  yang ada, baik untuk kewirausahaan pada bidang kerajinan, pengolahan, rekayasa dan budidaya semua tertuju pada kompetensi dasar yakni kemampuan untuk memproduksi suatu barang.

Misalnya saja, pada kompetensi dasar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan kelas X untuk bidang rekayasa. Salah satu kompetensi dasar untuk pencapaian kognitifnya yakni “Memahami prosedur pembuatan alat komunikasi dan alat kontrol dengan sumber arus listrik”. Adapun kompetensi dasar untuk pencapaian psikomotoriknya yakni ”membuat produk alat komunikasi sederhana bersumber arus listrik DC dan Membuat produk teknologi yang menggunakan alat kontrol dengan sumber arus listrik melalui proses alur produksi” (Dokumen kurikulum 2013 pada Lampiran 2C kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan SMA/MA )

Padahal berbicara Wirausaha maknanya sangat luas yakni tidak hanya membuat barang tetapi juga jasa. Wirausaha juga tidak melulu menyangkut kemampuan membuat barang atau jasa, lebih penting lagi adalah bagaimana mengelola barang atau jasa supaya dapat dijual. Seperti, keterampilan untuk memasarkan (marketing) produk baik dari aspek perencanaan design, menentukan harga, strategi promosi maupun pemilihan saluran distribusi.  Keterampilan inilah yang belum tampak pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di kurikulum 2013.

Melihat struktur kurikulum 2013 pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan saat ini, nampaknya lebih pantas hanya disebut sebagai pelajaran prakarya semata. Tanpa embel-embel kewirausahaan dibelakangnya. Karena pencapaian kompetensi yang ada didalamnya hanya didominasi dan berkutat pada komptenesi prakarya. Ruh kewirausahaannya belum tampak sama sekali. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah kedepan perlu adanya penyempurnaan  mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
Oleh: Samrin, S.Pd, Penulis adalah Guru SMAN 1 Rembang Purbalingga

Posting Komentar

0 Komentar